Semenjak kau pergi, aku jadi suka apapun yang kau suka. Aku ikut suka makanan yang kau makan saat kelaparan pada malam hari. Aku mendengarkan lagu yang pernah kau nyanyikan di depanku saat kau sedang sedih. Aku membaca buku yang pernah kau ceritakan. Aku menonton film yang pernah kau paksa aku untuk menontonnya juga; katamu ini film paling bagus yang pernah kau tonton.
Perasaan yang sama muncul saat aku melakukan itu semua: Aku merasakan kehadiranmu.
Memang gila. Tapi begitulah aku. Lebih memilih untuk memelihara semua hal tentangmu agar kau tetap hidup meski dalam kenyataan paling pahit sekalipun, daripada terus berdebat tentang siapa yang bersalah atas kepergianmu.
Kau tak pantas menerima segala amarah untuk membuktikan bahwa seharusnya kau yang salah, bukan aku.
Karena bagiku kau terlalu sempurna untuk dirusak dengan sebuah kesalahan.